Jumat, 25 April 2014

tugas sofskil



TUGAS SOFSKIL 

TRANJAKARTA (BUSWAY)
KEBAYORAN LAMA

 - Transjakarta sudah berumur 10 tahun sejak diluncurkan pada 2004 silam pada masa Sutiyoso menjadi Gubernur DKI. Sejak busway diluncurkan, kepemimpinan di Pemprov DKI Jakarta juga telah berganti tiga kali yang diawali dari Sutiyoso, Fauzi Bowo, hingga kini Joko Widodo alias Jokowi. Namun, hingga kini tujuan awal busway sebagai angkutan massal pemecah masalah kemacetan di Ibu Kota, belum tercapai.
"Saya ikut terlibat dalam mengonsep Transjakarta bersama Pak Sutiyoso. Jadi saya bisa berkata tujuan awal busway sebagai solusi kemacetan di Jakarta hingga saat ini belum tercapai," ujar  Alvinsyah, pakar transportasi Universitas Indonesia, saat menjadi nara sumber dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Menanti Solusi Kongkret Kemacetan Jakarta Pasca-sterilisasi Jalur Busway" di Gedung Graha Pena, Jakarta Selatan, Jumat (6/12).
Alvinsyah mengatakan, pengelolaan Transjakarta sampai saat ini masih berada di bawah Dinas Perhubungan DKI Jakarta, dalam hal ini Badan Layanan Umum (BLU). Hal tersebut membuat kesulitan manajemen busway mengembangkan diri menjadi perusahaan yang profesional. Sebab mereka masih dibatasi peraturan yang serba mengikat, dan belum bisa mencari pendanaan sendiri karena masih mengandalkan subsidi APBD. "Akibatnya pelayanan busway sulit ditingkatkan menjadi pelayanan prima sesuai harapan masyarakat," katanya.
Dijelaskan Alvinsyah, konsep awal busway adalah dikelola secara otonomi. "Misalnya busway bisa mencari keuntungan lewat penyewaan reklame, dan lain-lain," tuturnya.
Alvinsyah juga menilai rencana Pemprov DKI yang ingin terus menambah koridor busway tanpa membenahi yang sudah ada saat ini justru akan menambah masalah baru. Ia menyarankan pemprov membereskan yang ada ada dulu.
"Busway ini dibangun pada 2004 dengan tujuan bisa terintegrated dengan angkutan umum lain yang beroperasi di pemukiman warga. Jadi saran saya wujudkan itu dulu, baru selanjutnya melangkah ke program yang lainnya," tandasnya.
Sementara itu, sejumlah pihak mengaku siap membantu Pemprov DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan di Ibu Kota. Salah satunya dari PT Jasa Marga, yang siap berkoordinasi dengan Pemprov DKI. "Jasa Marga siap untuk koordinasi dengan DKI terkait kemacetan," tuturnya.
Menurutnya, Jasa Marga juga mengharapkan  percepatan pembebasan lahan untuk penambahan Gerbang Tol (GT) Semanggi II agar mengurangi antrean di pintu tol. "Untuk mengurangi kepadatan kami siap membuat gerbang tol baru, dan berharap Pemprov DKI segera bisa melakukan pembebasan lahannya," tandasnya. (wok)
Meski sudah punya jalur khusus, operasional Transjakarta alias busway tak semulus yang diharapkan. Masih banyak pengendara yang menyelonong masuk, bahkan tak jarang memicu terjadinya kecelakaan. Gubernur DKI, Jokowi bahkan menyebut sterilisasi adalah salah satu persoalan yang dihadapi moda transportasi tersebut.


Jokowi juga minta kepada pengendara untuk tidak lagi masuk ke jalur busway. Selain melanggar aturan, nyawa jadi taruhan."Ya sampaikan pada masyarakat kalau  itu (masuk jalur busway) berbahaya dan melanggar,"kata Jokowi.

Sebagai salah satu solusi untuk menghalangi pengendara masuk ke jalur busway adalah dengan meninggikan separator.

"Ya kalau nggak seperti itu ya lebih (parah) lagi. Bisa buswaynya masuk ke jalan, bisa mobilnya masuk ke busway, bisa ada yang ketabrak,"ujarnya.

Sebelumnya, Jokowi telah meluncurkan sistem e-ticketing Transjakarta untuk mengurangi antrean penumpang di loket tiket busway.

kesimpulan

"Problem busway itu cuma ada tiga, pertama sterilisasi jalur busway, kedua jumlah busnya yang harus ditambah, dan bisa nyalip atau jalur yang bisa dipakai untuk nyalip. Dan sebaik nya busway memakai cara baru seperti sistem e-ticketing Transjakarta untuk mengurangi antrean penumpang di loket tiket busway.